22motomoto.com – Penelitian: China Stop Investasi Batu Bara Tetapi Danai Project Migas. China hentikan investasi pada bidang batu bara pada 2021. Tetapi, Negeri Gorden Bambu itu tetap memodali project bahan bakar lain yang dari fosil.
Hal tersebut tersingkap dalam laporan penelitian instansi think tank The Green Finance dan Development Center (GFDC) Fudan University ‘Brief: China Belt and Road Initiative (BRI) Investment Report 2021’.
Disamping itu, China secara bertepatan meluaskan capaiannya pada energi terbarukan dengan menggulirkan US$6,3 miliar untuk permodalan energi hijau dan investasi pada beberapa negara BRI.
Tetapi, sayang China masih memberi permodalan pada energi fosil yang lain. China keluarkan sekitaran US$10,9 miliar untuk minyak dan gas pada 2021, lebih besar dari tahun awalnya.
Negara yang terima permodalan untuk bidang ini umumnya ialah beberapa negara Timur tengah dan Afrika Utara, khususnya Iraq.
Indonesia dijumpai sebagai negara yang menerima investasi bidang energi paling besar ke-2 dari BRI tahun kemarin. Walau begitu, laporan itu mengatakan pada tahun 2022, China masih tetap meneruskan investasi pada project yang lebih kecil dan gampang untuk di implikasi, seperti project surya dan angin, sambil kembalikan rugi dari project – project seperti batu bara.
Kesadaran Investor China Pada Resiko Lingkungan Dari PLTU Batu Bara
Dengan pertambahan kesadaran dari investor China dan perusahaan asuransi pada resiko lingkungan dari PLTU batu bara dan signal terang dari pemerintahan untuk
memberikan dukungan peningkatan energi hijau di pasar luar negeri, saya percaya jika banyak project PLTU yang telah dipublikasikan akan ditelaah kembali dan akan kesusahan memperoleh permodalan tutur Christoph Wang, penulis laporan sekalian Director of the Green Finance and Development Center at Fudan University dalam tayangan persnya, Kamis (10/2).
Misalkan, PLTU batu bara memiliki kekuatan 700 MW di Bosnia dan Herzegovina, Ugljevik III. Project ini disebutkan mengalami kesusahan dalam memperoleh permodalan dari bank China semenjak bulan kemarin.
Christoph meneruskan, telah ada kesadaran dari investor China dan perusahaan asuransi pada resiko lingkungan dari PLTU batu bara. Dia menyaksikan signal dari pemerintahan Xi Jin Ping untuk memberikan dukungan peningkatan energi hijau di pasar luar negeri.
Saya percaya jika banyak project PLTU yang telah dipublikasikan akan dibahas kembali dan akan kesusahan memperoleh permodalan, ucapnya.
Sementara Wawa Wang, Director Just Finance International menjelaskan permodalan China terus-terusan jadi memperburuk kritis cuaca di Balkan Barat, teritori di mana utang China bisa meluaskan project batu bara baru.
Tutorial Permodalan Hijau Ramah Lingkungan
Menurut dia, yang menerima keuntungan paling besar ialah perusahaan punya negara yang membuat beberapa proyek itu. Dunia menanti bank – bank China untuk ikuti tapak jejak komune internasional untuk hentikan permodalan untuk project batu bara internasional pada 2021, kata Wang.
Selanjutnya Norm Waite, Energy Finance Analyst at Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) mengutarakan tutorial Kementerian Lingkungan dan Ekologi dan Kementerian Usaha China yang mempromokan pembangunan hijau ke Amdal pada babak penyediaan ke konstruksi diharap bisa tingkatkan project energi hijau.
Tutorial ini mulai berlaku untuk project apa saja hingga bisa mempromokan permodalan hijau lebih luas pada project – project ramah lingkungan.
Untuk energi terbarukan, Norm sampaikan China harus menunjukkan diri sebagai pengembang untuk tenaga angin dan solar. Kenaikan kemampuan lokal dalam tahun-tahun ini sudah tingkatkan ketrampilan lokal dalam energi surya dan angin offshore, hingga tidak perlu perlu beberapa waktu kembali.
Project BRI China sebagai tempat terbaik untuk China untuk menunjukkan diri sebagai yang paling depan pada pembangunan energi hijau, kata Norm.