Nissan Leaf, Bagus untuk Mobilisasi Harian

Nissan Leaf, Bagus untuk Mobilisasi Harian

22motomoto – Di pasar mobil listrik dunia, Nissan Leaf terhitung salah satunya yang terpopuler bila berkiblat pada angka penjualannya. Telah lebih dari 1/2 juta unit Leaf laris terjual, semenjak angkatan pertama kalinya melaju 2011 kemarin. Disamping itu, Leaf jadi perintis mobil listrik yang dibuat oleh pabrikasi mainstream dan dipasarkan massal.

Reputasinya disaksikan oleh Nissan di Indonesia untuk memasarkannya juga. Susul sudah mengembangnya pasar mobil listrik. PT Nissan Motor Distributor Indonesia (NMDI) mengeluarkan Nissan Leaf angkatan ke-2 pada Agustus 2021 kemarin. Dia ialah mode elektrifikasi ke-2 Nissan yang melaju di pasar Tanah Air, sesudah Kicks e-Power satu tahun awalnya. Bertepatan dengan program khusus “Electria: Know Your Best EV Criteria”, OTO Media Grup kembali pilih Nissan Leaf untuk dites. Kami rasa Leaf ialah mobil listrik yang cukup bagus untuk keperluan mobilisasi harian di kota besar seperti Jakarta. Di atas kertas, Leaf tidak dapat disebut perkasa dibanding dua mobil listrik yang lain kami test secara bertepatan yakni Hyundai Kona Electric dan Ioniq 5. Detailnya condong simpel, tapi cukup untuk keperluan berkendaraan setiap hari dengan mobil listrik. Ditambah dengan dimensinya yang singkat dan ringkas untuk dikemudikan di teritori urban yang padat.

Dengan sekali isi penuh, battery Nissan Leaf yang memiliki 40 kWh dan di-claim sanggup dibawa tempuh jarak sampai 311 km menurut pengujian WLTP. Jarak lebih dari 300 km dapat diraih dengan catatan saat battery 100%, Leaf dikemudikan dengan keadaan AC tidak hidup . Maka demikian AC dihidupkan, angka di tanda jadi menyusut. Ini berlaku bila makin bertambah feature dipakai sepanjang berkendaraan. Terkecuali bila aktifkan model berkendaraan Eco. Test dilaksanakan dengan terlebih dahulu isi battery bertepatan di Kantor PLN Gambir, Jakarta Pusat. Supaya ke-3 mobil mengawali serangkaian test dengan battery 100%. Pengujian ambil jalur berkeliling-keliling kota jakarta, baik dalam kota, jalan tol, sampai ke teritori Tangerang Selatan sebagai titik finis. Secara dimensi, Nissan Leaf masuk ke kelas yang serupa dengan Honda Civic dan Mazda3. Bentuknya sebuah hatchback. Tetapi bila dibanding, kami berasa sikap duduk di jok sopir Leaf semakin tinggi. Cukup ganjil memang, tetapi minimal status ini memberi visibility yang bertambah luas ke depan dan samping.

Nissan Leaf, Bagus untuk Mobilisasi Harian

Synchronous motor EM57 yang digunakan Nissan Leaf ini hasilkan tenaga 148 ponsel (150 PS) dan torsi 320 Nm. Sudah seharusnya lebih dari cukup buat digunakan berkendaraan urban. Meskipun torsinya termasuk besar, tetapi mobil ini malah meluncur dengan linear semenjak awalnya dibawa berakselerasi. Personalitasnya bisa disebutkan lembut, karena itu akan gampang untuk sopir yang baru rasakan mobil listrik untuk menyesuaikan dengannya. Sekalian nikmati hantaran torsi dari motor listriknya yang lembut, kepraktisan Nissan Leaf untuk bermobilitas diberi melalui kemudinya yang enteng. Sempat kami berganti-gantian mobil untuk sama-sama rasakan watak berkendaranya masing-masing, tetapi setir punya Leaf teringan diputar dibanding Ioniq 5 dan Kona Electric. Nilai plus untuk tim Nissan supaya sopir tidak cepat capek andaikan harus berkendara intensif dalam durasi waktu yang lama. Factor ini akan memberikan keuntungan saat lewat jalan sempit atau berliku.

Kabin Nissan Leaf kenal bentuknya dibanding mobil dengan mesin konservatif bikinan pabrikasi ini. Semua gampang dicapai dan dioperasionalkan seperti infotainment, AC, dan banyak feature yang lain. Nissan tidak coba membuat berkesan benar-benar hebat seperti umumnya gimik. Yang lain paling cuma langkah operasikan tuas transmisinya, yang seperti joystick. Selain motor listrik tidak hasilkan getaran dan suara bising, kesunyian Leaf saat meluncur memberi nuansa tenang dari dalam kabin. Kita masih tetap dapat rasakan kecepatan motor listriknya dari suara berdenging yang dibuat bersamaan naiknya kecepatan.

Feature Tidak Perkasa Tetapi Fundamental

Jika memperbandingkan kelengkapan feature Nissan Leaf dengan 2 lansiran Hyundai, memang di atas kertas dapat disebut kalah komplet. Tetapi minimal sejumlah fitur yang datang di hatchback ini benar-benar lumayan memadai, bahkan juga isi checklist feature apa yang dibutuhkan untuk berkendaraan secara nyaman di kota. Misalnya untuk sopir. Kita cuma dapat pilih model berkendaraan Normal atau Eco. Nissan tidak membuatnya menjadi mobil untuk dibawa kebut-kebutan, walau torsinya sampai 320 Nm . Maka kita hanya dapat pilih di antara ingin berkendaraan umumnya saja, atau ingin menghemat listrik di batterynya. Pengaktifan model Eco akan sekalian menghidupkan feature E-Pedal di mobil ini. Ya, itu cap untuk feature regenerative braking di Nissan Leaf, yang dapat digunakan mendaur ulangi energi proses dari deselerasi supaya bisa mengirit batterynya. E-Pedal pun tidak ada tingkat operasionalisasinya, sehingga kita cuma dapat pilih feature ini aktif atau mati. Juga bisa digunakan saat model Normal. Feature ini mempermudah berkendaraan, dengan membuat dampak deselerasi semakin kuat saat pedal gas dilepaskan, jadi tak perlu memakai pedal rem untuk kurangi kecepatan bahkan stop.

Infotainment lumayan memadai. Telah memberikan dukungan Apple CarPlay dan Android Auto untuk hindari kebosanan di perjalanan. Monitor di tengah-tengah dasbor ini terpadu dengan camera 360 derajat untuk menolong menyaksikan sekitar mobil andaikan akan parkir di lokasi yang gelap atau bermanuver di jalanan sempit. Sementara untuk management charging battery dapat dijangkau dari MID (multi information display) yang menemani speedometer analog. Sunroof atau panoramic roof memanglah tidak ada. Tetapi tidak jadi masalah, toh akan jarang-jarang digunakan di Jakarta yang cuacanya benar-benar panas dan berpolusi. Minimal dapat menolong AC supaya tidak terpasang terlampau kencang atau dingin, yang dampaknya ke konsumsi listrik lebih irit. Feature keselamatan yang berada di Leaf memanglah tidak komplet, apa lagi jika ulas masalah ADAS (advanced driver assist sistem). Feature aktif yang datang yakni Forward Collision Warning dan Forward Emergensi Braking, yang hendak menahan kekuatan tubrukan dengan kendaraan di muka andaikan kita telat mengerem. Cruise kontrol pun tidak adaptive. Tidak ada seperti lane keeping assist, blind spot warning, rear cross trafik alert, dan lain-lain yang dapat mengusik kenyamanan dan kekhusyukan berkendara bila sering berikan teguran.

Seperti disebutkan, daftar feature yang dipunyai Nissan Leaf memanglah tidak sedetail mobil listrik yang lain kami coba. Tetapi apa yang telah ada di mobil ini cukup memberikan dukungan keperluan fundamental berkendaraan setiap hari, bahkan juga untuk menjaga kenyamanan dan keasyikan berkendaranya . Maka tidaklah aneh jika Nissan Leaf menjadi mobil listrik dengan pemasaran yang tinggi sekali secara global. Watak berkendaranya ringkas dan cukup membahagiakan. Featurenya cukup akomodatif dan penuhi keperluan fundamental saat berkendara. Tetapi berapa irit masalah konsumsi dayanya, kita akan ulas kelak seterusnya.